India – Ketegangan antara India dan Pakistan kembali memuncak pada awal Mei 2025, setelah serangkaian serangan teroris dan aksi militer di sepanjang Garis Kontrol (LoC) wilayah Kashmir. Namun, harapan baru muncul setelah kedua negara sepakat melakukan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat, meski situasi di lapangan masih menyisakan banyak tanda tanya dan luka mendalam.
Operasi Sindoor: Serangan Balasan India dan Korban di Pihak Pakistan
Laporan yang diterima media Indian Express pada 7 Mei 2025, India melancarkan Operasi Sindoor sebagai respons atas serangan bom di Kashmir India yang menewaskan 26 wisatawan pada 22 April. Serangan udara dan rudal India menargetkan sembilan lokasi di wilayah Pakistan dan Kashmir yang dikuasai Pakistan. Militer India mengklaim serangan ini berhasil menewaskan 35-40 tentara Pakistan dan lebih dari 100 teroris, termasuk pelaku serangan Pulwama dan pembajak pesawat IC-814. Beberapa nama penting yang disebutkan India antara lain Yusuf Azhar, Abdul Malik Rauf, dan Mudasir Ahmed.
Namun, otoritas Pakistan membantah klaim tersebut dan menyebut serangan India justru menewaskan banyak warga sipil. Data dari militer Pakistan menyebutkan 26 dari 36 korban jiwa adalah warga sipil, termasuk anak-anak. Serangan ini juga menyebabkan kerusakan di sejumlah wilayah padat penduduk seperti Ahmedpur Timur, Muridke, dan Sialkot di Pakistan, serta Kotli, Bagh, dan Muzaffarabad di Kashmir Pakistan.
Perang Balasan dan Narasi Kedua Negara
Tak tinggal diam, Pakistan membalas dengan meluncurkan serangan artileri ke beberapa titik di Jammu dan Kashmir yang dikuasai India. Pakistan juga mengklaim berhasil menjatuhkan lima jet tempur dan satu drone India, meskipun India belum mengkonfirmasi klaim tersebut.
Selain pertempuran fisik, perang narasi juga berlangsung sengit di media sosial dan media massa. Kedua negara saling tuduh dan berupaya mengendalikan opini publik, memperkuat klaim masing-masing soal siapa yang lebih bertanggung jawab atas eskalasi konflik.
Gencatan Senjata dan Peran Amerika Serikat
Setelah dua hari pertempuran sengit, gencatan senjata akhirnya dicapai pada 10 Mei 2025 berkat mediasi intensif dari Amerika Serikat. Presiden AS Donald Trump menjadi yang pertama mengumumkan keberhasilan diplomasi ini melalui platform Truth Social, mengapresiasi kepemimpinan kedua negara dan menyatakan keinginannya untuk meningkatkan kerja sama dagang dengan India dan Pakistan. Kesepakatan ini kemudian dikonfirmasi secara terpisah oleh pemerintah India dan Pakistan.
Meski demikian, para analis menilai gencatan senjata ini masih sangat rapuh. Hanya beberapa jam setelah deklarasi, kedua pihak kembali saling tuduh melakukan pelanggaran. Tidak adanya mekanisme pemantauan independen membuat implementasi kesepakatan damai sulit dijaga secara konsisten.
Kondisi Terkini: Perlahan Kembali Normal, Tapi Luka Masih Menganga
Pasca gencatan senjata, suasana di desa-desa perbatasan Kashmir perlahan mulai tenang. Warga yang sempat mengungsi kini mulai kembali ke rumah masing-masing setelah tiga malam tanpa tidur akibat rentetan tembakan dan ledakan. Situasi serupa juga terjadi di Punjab dan Rajasthan, India, di mana aktivitas masyarakat mulai pulih.
Namun, akar konflik di Kashmir masih jauh dari selesai. Bagi India, LoC adalah simbol kedaulatan atas Kashmir, sementara bagi Pakistan, wilayah itu adalah bukti pendudukan. Isu nasionalisme, identitas, dan agama tetap menjadi bara dalam sekam yang sewaktu-waktu bisa kembali menyulut konflik.
Kesimpulan
Gencatan senjata India-Pakistan kali ini menjadi babak baru dalam sejarah panjang konflik dua negara bersenjata nuklir tersebut. Meski membawa harapan, perdamaian sejati di Kashmir masih membutuhkan upaya diplomasi yang lebih dalam, transparan, dan melibatkan pemantauan internasional yang kredibel. Selama akar masalah belum disentuh, gencatan senjata hanya akan menjadi jeda sementara di tengah lingkaran kekerasan yang tak kunjung putus.