partikel.id / Kolom Opini / Esai / Makan Bergizi Gratis: Program Kebanggaan Pemerintah yang Ngawur dan Perlu Dikaji Lagi

Makan Bergizi Gratis: Program Kebanggaan Pemerintah yang Ngawur dan Perlu Dikaji Lagi

-

Ayu Nur Alizah Tim Redaksi
Program Makan Bergizi Gratis
Program Makan Bergizi Gratis. Foto/AI Image Generator

Sejak awal paslon 02 pada pilpres 2024 menawarkan program Makan Bergizi Gratis, saya sudah menilai ini adalah program asal cetus yang penting bisa menarik suara untuk menang di pemilu. Mengapa saya bilang “asal cetus yang penting menang?” program yang awalnya bernama “Makan Siang Gratis” ini sangat tidak masuk akal dengan banyaknya sumber daya manusia di Indonesia, kondisi ekonomi juga masih sangat buruk, terlebih pemerintahan sebelumnya mempunyai program sangat besar yaitu pemindahan Ibu Kota. 

Program Makan Siang Gratis ini sejak awal salah sasaran target karena diperuntukkan mencegah angka stunting yang cukup tinggi di Indonesia. Sedangkan, menurut World Health Organization (WHO) untuk menghindari usia stunting pada anak, gizi terbaik harus diberikan pada usia di bawah 5 tahun. Sementara, target dari program makan siang tersebut dari SD sampai SMA sederajat. Ketika banyak kritik bahwa program ini tidak tepat sasaran, paslon tersebut meluaskan program ini sampai ke pemberian susu gratis untuk  ibu hamil. Pada tanggal 29 Februari 2024, ahli gizi masyakarat Tan Shot Yen berkomentar “Meskipun program makan dan susu gratis bertujuan baik, tapi hanya bisa dianggap tambahan karena makan bergizi saja belum lengkap. Harus ditambah dengan pemeriksaan kehamilan, imunisasi, promosi serta konseling menyusui dan gizi, hingga pemberian suplemen”. Dengan ketidakjelasan usia target untuk mencegah stunting, sudah jelas-jelas program ini sangat ngawur.

Pada tanggal 23 Mei 2024 presiden terpilih ini mengubah nama program “Makan Siang Gratis” ini menjadi “Makan Bergizi Gratis”. Dikutip dari YouTube tvOneNews, Prabowo mengatakan, “Saya ingin sedikit koreksi, ya. Setelah kita pelajari, ternyata istilah tepat itu adalah Makan Bergizi Gratis untuk anak-anak. Itu lengkapnya ya, karena kalau anak sekolah dasar umpamanya masuk pagi, dia kalau nunggu makan siang, kan, terlalu lama. Jadi, harus makan pagi. Ya, kan?”.

Dari pendapatnya, saya semakin yakin bahwa program ini tidak direncanakan dengan matang. Selama ini Presiden beranggapan jika siswa/siswi sekolah masuk hanya pada jam siang, demikian di awal nama program ini makan siang gratis, gitu? Saya rasa Prabowo-Gibran tidak punya mapping maps dalam membuat program ini, mungkin bermodalkan celetuk tanpa berpikir panjang dan cerdas.

Publik seakan pun dibodohi oleh program ngawur tanpa perhitungan yang tepat ini. Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming berhasil menjadi presiden terpilih. Good Stats telah melakukan survei pada periode 10-15 Oktober tahun 2024, bahwa sebanyak 77,6% Masyarakat sangat setuju dan setuju dengan adanya program Makan Bergizi Gratis. Saya tidak yakin bahwa program ini jelas dan sangat tepat sasaran, berkaca dari pogram posyandu ibu memeriksa kehamilan dan balita yang hanya diberi kacang hijau, roti, agar-agar, atau buah dengan potongan kecil. MBG ini rawan sekali menjadi bahan korupsi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, sedangkan di satu sisi, RUU Perampasan Aset tidak kunjung disahkan. 

Pada laman web Sekretaris Kabinet Republik Indonesia yang berjudul “Catatan 100 Hari Kabinet Merah Putih, Langkah Awal Menuju Perubahan Besar”, yang diunggah pada tanggal 29 Januari 2025 melaporkan bahwa Makan Bergizi Gratis (MBG) berhasil melayani 650 ribu anak-anak di 31 provinsi.

“Akhir 2025 target kita adalah semua anak-anak Indonesia bisa dapat makanan gratis,” ucap Presiden Prabowo.

Kata berhasil tersebut apakah sesuai dengan kenyataan di lapangan? Tentu saja tidak.

Mulai dari makanan yang kasih, menu yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak-anak, adanya praktik nepotisme, dan pemangkasan anggaran yang berdampak pada kondisi ekonomi. Jika ditelusuri satu-satu efisiensi ini sangat bermasalah di beberapa sektor. Anehnya, sektor keamanan negara sebut saja POLRI dan militer, dua lembaga yang perlu banyak dibenahi ini justru tidak terkena efisiensi sama sekali. Peniliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Dewi Anggraeni menyorot permasalahan dalam praktik MBG selama ini, yaitu: Belum adanya kebijakan yang secara holistic tujuannya saat ini hanya memenuhi ambisi Presiden Prabowo, perhitungan anggaran MBG yang serampangan, dan tidak transparannya mekanisme Makan Bergizi Gratis.

“Ketimbang semakin kisruh kedepannya, lebih baik dihentikan dari saat ini,” ucapnya pada Jumat, 18/05/2025.

Sebagai penutup, menurut saya sebaiknya program Makan Bergizi Gratis perlu dipertimbangkan kembali dan dijalankan berdasarkan kajian dan planning yang lebih matang agar hasilnya optimal. Pemerintah tidak perlu berbelas kasih kepada rakyat dengan memberi makanan gratis bila pendidikan berkualitas, kebebasan berpendapat, dan beragama saja masih sulit didapatkan.

Also Read

Leave a Comment