Jakarta, partikel.id – Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) baru-baru ini menyoroti adanya lonjakan gelombang kecanduan nikotin di kalangan remaja. Dalam laporannya, WHO memperkirakan sedikitnya ada 15 juta jiwa dalam rentang usia 13 hingga 15 tahun di seluruh dunia telah menggunakan vape atau rokok elektrik.
Etienne Krug, selaku Direktur Departemen Determinan Kesehatan, Promosi, dan Pencegahan WHO, memberi peringatan keras terkait hal ini. Ia juga memaparkan bahwa kalangan remaja 9 kali lebih mungkin menggunakan vape dibandingkan kalangan dewasa.
Meskipun awalnya perusahaan rokok berdalih menargetkan vape untuk perokok dewasa, namun produk ini justru malah ‘menyasar’ kalangan lain.
“Produk-produk tersebut dipasarkan sebagai upaya mengurangi bahaya tembakau, tetapi kenyataannya, justru membuat remaja kecanduan nikotin sejak dini dan berisiko merusak kemajuan (kampanye penurunan angka perokok) yang telah dicapai selama puluhan tahun,” ujar Krug dikutip dari The News.
Baca Juga: Mengandung Zat Berbahaya, Vape Dilarang di Singapura
Selaras dengan pemaparan Krug, tren kecanduan nikotin di kalangan remaja terjadi di tengah menurunnya jumlah perokok tembakau dewasa secara global. Semula berjumlah 1,38 miliar di tahun 2000, kini turun menjadi sekitar 1,2 miliar di tahun 2024.
Di kawasan Asia Tenggara, penurunan prevalensi perokok pria pun tercatat turun signifikan. Penurunan ini terjadi hampir setengahnya yang semula 70% di tahun 2000 menjadi sekitar 37% pada 2024. Namun, munculnya produk baru seperti vape menjadi tantangan baru dalam upaya pengendalian angka perokok aktif di dunia.
Oleh karena itu, WHO menyerukan agar negara-negara meningkatkan regulasi terhadap produk nikotin terbaru, termasuk vape. Regulasi yang lebih ketat dianggap penting untuk mencegah penyalahgunaan dan memperlambat penyebaran perokok aktif baru, khususnya di kalangan remaja.