Band hardcore asal Jakarta, Kicked Out, kembali menggebrak skena musik independen dengan merilis EP terbaru mereka berjudul Stuck in a Timeline.
Lewat empat lagu dalam mini album ini, Kicked Out menumpahkan rasa frustrasi dan keresahan personal yang lahir dari pengalaman sehari-hari dalam era digital, terutama media sosial.
Grup yang digawangi oleh Kevin (vokal), Ilham Fajri (drum), Cwet (bass), dan Ale (gitar) ini menjadikan kebisingan dan distorsi sebagai fondasi artistik mereka.
Bagi mereka, musik bukan sekadar kebisingan, melainkan sarana untuk menyampaikan pesan tentang ketidaknyamanan hidup yang dirasakan oleh banyak orang—baik secara kolektif maupun individu.
“Setelah merilis single PUKE, kami ingin melanjutkan cerita ketidaknyamanan kami lewat EP Stuck in a Timeline,” ujar Kevin.
Ia menuturkan bahwa inspirasi utama lirik berasal dari kejenuhan dan kekacauan yang ditemui setiap hari di linimasa media sosialnya. “Saya merasa terjebak dalam timeline saya, yang penuh dengan keluhan dan perjuangan orang-orang di sekitar saya,” tambahnya.
Secara musikal, Kicked Out memilih nuansa hardcore punk dengan pendekatan old-school. Cwet sebagai pencipta riff utama mengungkapkan bahwa referensinya datang dari band seperti The Interrupters dan Sex Pistols, namun dengan sentuhan vokal yang lebih berat. “Saya membayangkan vokalnya akan terdengar kuat, dan ternyata sesuai dengan yang saya inginkan,” kata Cwet.
Proses kreatif EP ini pun menjadi ajang kolaborasi yang erat di antara para personil. Ilham, sang drummer, menyebut bahwa ia langsung terbayang suasana pemberontakan ketika mendengar riff dari Cwet. “Riff-nya agresif dan cepat. PR saya adalah menciptakan bagian drum yang sesuai agar suasananya tersampaikan dengan baik,” ujarnya.
Ilham juga menambahkan bahwa lirik dari Kevin sangat relevan dengan realitas sosial. Dengan ketukan cepat dan teknik yang presisi, menurutnya musik Kicked Out mampu menggambarkan karakter hardcore punk yang khas. “Suasana dari keempat lagu ini seperti kami, sebagai para demonstran, menentang pihak yang curang,” tegasnya.
Sementara itu, Ale sang gitaris menutup dengan pernyataan sederhana namun mencerminkan semangat band ini: “Yang penting punk.”
EP Stuck in a Timeline bukan hanya karya musikal, melainkan juga sebuah manifesto sosial dari generasi yang frustrasi, mencari ruang ekspresi dalam dunia yang penuh tekanan. Kicked Out membuktikan bahwa musik bisa menjadi senjata untuk melawan ketidakadilan dan kebuntuan eksistensial, dengan punk sebagai bahasanya.