Setelah merilis Silampukau Live at Buku Akik pada November 2024, unit musik Silampukau kembali dengan karya baru. Bertajuk Stambul Arkipelagia: Vol. 1, mini album ini resmi diluncurkan pada awal Mei 2025 sebagai bagian pertama dari proyek ambisius yang akan membentuk satu album penuh bertema distopia musikal dari negeri fiksi bernama Arkipelagia.
“Memang sengaja se per tiga awal dulu yang dirilis. Biar geregetnya dapet, kayak nonton series. Kita nikmati pelan-pelan, bareng-bareng,” ujar Kharis Junandharu, salah satu anggota Silampukau, dalam siaran pers.
Menghadirkan Lima Lagu dari Kisah yang Berbeda
Stambul Arkipelagia: Vol. 1 memuat lima lagu yang masing-masing menghadirkan kisah berbeda dari negeri Arkipelagia. Negara-bangsa fiktif ini digambarkan sebagai wilayah maritim yang terletak di sepanjang lingkar tropis, dihantui bahaya dan tragedi, serta berdiri di antara masa lalu dan masa depan, di ambang kenyataan dan khayalan.
Dalam lima nomor tersebut, Silampukau mengisahkan sepasang pendosa yang mengkhawatirkan nasib keturunan mereka; petani yang dirundung paceklik tanpa akhir; dodoi atau lagu nina bobo yang mengantar anak-anak penghuni jurang kemiskinan ke tidur yang tak tenang; dan lagu terakhir yang konon dinyanyikan saat sanak saudara hilang atau ditemukan tewas secara misterius.
“Pada masa-masa seperti ini, harga untuk bertahan di realisme–sebagaimana yang kami lakukan pada album yang lalu–menjadi terlalu tinggi. Jadi, selain berupaya untuk menjadi antitesis dari karya kami sendiri, anggap saja karya fiksi ini sebagai benteng terakhir kami untuk menjaga kesehatan jiwa,” tambah Kharis.
Dari Duet Menjadi Orkes
Album ini juga menjadi penanda transformasi Silampukau dari duo menjadi kelompok musik penuh yang kini bernama Orkes Silampukau. Rhesa Filbert resmi bergabung sebagai anggota tetap, bersama Prasimansyah pada drum dan Ariefin “Mr. Piano Man” di kibor.
“Menjadi orkes sebenarnya adalah impian lama. Lagipula, pada faktanya kami juga jarang sekali perform dengan format duet. Keping-keping puzzle dari impian lama itu akhirnya saya temukan secara tidak sengaja–nyaris seperti takdir–dalam penggarapan album terbaru ini. Apalah kuasa saya untuk menolak takdir ini,” ujar Kharis.
Diproduksi oleh Moso’iki Records dan Stoopa Music, album ini melibatkan sejumlah musisi dan produser ternama. Dika Chasmala menyumbangkan permainan biola di dua lagu, Tommy Respati bertindak sebagai produser, dan Bhagus Subadie hadir sebagai foley artist untuk lagu keempat. Proses mastering diselesaikan oleh Barry Junius di Studio Prapen.
Stambul Arkipelagia: Vol. 1 menjadi undangan dari Silampukau untuk melarikan diri sejenak dari realitas, dan menyelami dunia fiksi yang mencerminkan tragedi manusia dari berbagai sudut. “Selamat datang di Arkipelagia,” tutup pernyataan resmi Silampukau.